Babagi Pangalaman: Rumah Idaman Type-36 Bersubsidi

Kamis, 25 April 2013

Rumah Idaman Type-36 Bersubsidi


Juli 2011 lalu aku kredit rumah type paling kecil 36 dan paling murah alias dapet subsidi dari pemerintah di  perum tersebut, dan aku manfaatin fasilitas yang diberikan PT. Jamsostek dengan programnya PUMK-nya (Pinjaman Uang Muka Rumah) lumayan Rp. 20.000.000,- (tidak berupa uang tunai tetapi di transfer langsung ke rekening pengembang perumahan) walau harus masuk cicilan selama 10 tahun + kredit BTN-nya 15 tahun,tapi tak apalah yang penting keinginan untuk punya rumah bisa terwujud.

Bangga rasanya saat itu karena salah satu kewajiban sebagai tanggung jawab seorang kepala rumah tangga untuk ngasih tempat tinggal yang layak buat anak istri sudah terpenuhi.
Berat memang perjuangan saat itu buat penuhin uang muka dan biaya unak-anik lainnya, maklum penghasilan untuk keperluan sehari-haripun kadang kurang, tapi tekad aku untuk memiliki rumah sendiri harus terlaksana. Putar otak, banting-tulang, dibarengi dengan tekad yang bulat dan do’a pribadi serta do’anya orang-orang terdekat yang kasian sama aku, Alhamdulillah terlaksana juga dapetin rumah.

Ini bangunan yang saya pilih dari sekian banyak bangunan sebelum proses akad dengan BTN  :

Setelah bangunan rampung dikerjakan sama pemborong, akad kredit pun di kantor BTN dilaksanakan untuk memulai dengan cicilan alias ngutang. 
Setelah beres semuanya urusan dengan BTN mulailah bersih-bersih rumah, dan musyawarah dengan istri kelanjutannya  mau gimana,  akhirnya memutuskan “tidak langsung ditempati karena kuliah istri dan sekolah anak sedang tanggung waktu dan belum tepat buat pindah dari tempat mertua indah”.

Oke lah gak apa biar ada waktu sekalian beres-beres rumahnya dulu, yang bisa dilakukan sendiri biar saya lakukan agar keliatan enak dan ada dikit perubahan dari bangunan perum aslinya.

Ada duit dikit aku beliin bahan buat bikin dapur walau sederhana, maklum perum type murah belum disediain dapur oleh pengembang, ada duit lagi aku beliin bahan buat batas dan pagar depan. Karena bahan bangunan makin hari makin naik dan yang paling pokok duitnya gak cukup aku gantung dulu kerjaan, biarlah maksain juga malah kocar-kacir.

Kaya gini bangunan jadinya : 

Sambil minum kopi & rokok di malam hari sendirian dirumah baru, karena istri dan anak belum pindah. Lamunan pun terus goyang pengen beresin rumah, tapi apalah daya duitnya gak punya. Mau nyelesein pagar duitnya guede, didiemin juga ngeselin ….Moto ku saat kepepet pun datang …..
“Apa yang bisa dilakukan sendiri maka, lakukanlah walau pun pertamakali dilakukan asal yakin bisa”

Nah mulailah berfikir gimana untuk merubah tampilan depan rumah yang semrawut acak kadut biar enak dipandang mata, nyaman saat ngopi ditemenin hisapan sebatang rokok.

Ting…ting….ting….

Dengan modal nekad dan sedikit uang, maka BOndo NEKat pun datang.
Malam minggu tiba, orang bilang malam panjang… gak peduli kata tetangga baruku mau bilang apa yang penting aku kerja dirumahku sendiri…..
Sepulang kerja Aku beli Batu sikat deket kantor tempat ku kerja tambah semen setengah zak, pasirnya beli dari tetangga yang sudah tidak dipakai, dan peralatan tembok cap MINJEM dari tukang yang nginep di rumah orang. 
Sehabis shalat Isya aku ditemani pekerja bangunan perum yang nginep digudang pemborong  mulai beraksi bikin Taman Minimalis, dengan bekal bertanya dan memperhatikan tukang saat ngerjain batu sikat ditempat lain serta dibantu tukang aku pun berjibaku dengan peralatan tembok.

Waktu terus berjalan rokok dan kopi pun sudah tak terhitung  para tetangga sudah terlelap tidur, menjelang subuh suara Tarhim di masjid pun terdengar pertanda aku harus siap-siap untuk istirahat dulu dan Shalat Subuh. 
Belum puas sehabis shalat subuh aku lanjutkan kerjaan, tapi jam 5.30 pagi gerimis pun turun saat itu seakan memberitahukan buatku untuk segera beristirahat, bersih-bersih lalu tidur pulasssssss…..


Menjelang Dzuhur baru terbangun dan lihat hasil kerjaanku semalam … Kisah Sangkuriang kali ya… 

Aku buka pintu dan hasilnya…… 


Puas rasanya lihat kerjaan semalam walau berbekal NEKAT karena keterbatasan du…du…du…it

Saya terus berkhayal untuk perubahan depan rumah ku tahap awal, mumpung anak-anaku masih kecil bentuk dan design rumahku saat nanti ingin seperti ini, paribahasa sunda “cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok” mudah-mudahan bisa terwujud:




Buat temen-temen yang kaya saya (pas-pasan urusan duit) belum punya rumah dan berhasrat ingin memilikinya, pesan saya :

-         “Bulatkan tekad dibarengi do’a yang tak pernah puas dan dengan perhitungan yang matang maka segerakanlah untuk ambil kesempatan secepatnya” ingat harga tanah dan bangunan makin hari makin mahal.
-          “Kuatkan godaan baik pribadi maupun keluarga terdekat pada awal-awal kita memliki rumah tinggal sendiri” karena banyak kejadian orang tinggal di rumah baru bukannya rukun malah jadi amboeradoel, banyak berdo'a dan berdzikir.. 
   
  Awalnya aku berfikir itu adalah mitos, tapi seperti aku yang pas-pasan dalam hal duit dan maksain untuk memliki rumah, akhirnya aku alami sendiri, rasanya rezeki berupa duit susaaaaaah buanget saat-saat ini… entah karena belum terbiasa dengan tambahan beban biaya yaitu cicilan rumah, tapi Alhamdulilla istriku, anak-anaku dan keluarga masih sabar dan setia (makasih ya buat istri dan anak-anaku)
 
Berapa biaya yang dihabiskan sampai akad di BTN selesai :
- Boking Fee (Tunai) Rp. 1.000.000,-
- Biaya Proses Bank & Notaris (Tunai) Rp. 4.850.000,-
- Uang muka (Tunai) Rp. 5.000.000,-
- Uang Muka bantuan PT. jamsostek (Non Tunai) Rp. 20.000.000,-
- Biaya lain-lain Rp. + Rp. 1.000.000,-


Alternatif lain untuk renovasi/penambahan ruang tamu
memanfaatkan halaman depan :



 
Terimakasih Atas Kunjungannya ke blog ini, semoga menjadi insfirasi yang bermanfaat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar