Juli 2011
lalu aku kredit rumah type paling kecil 36 dan paling murah alias dapet subsidi
dari pemerintah di perum tersebut, dan aku manfaatin fasilitas yang diberikan PT. Jamsostek dengan programnya PUMK-nya (Pinjaman Uang Muka Rumah) lumayan Rp. 20.000.000,- (tidak berupa uang tunai tetapi di transfer langsung ke rekening pengembang perumahan) walau harus masuk cicilan selama 10 tahun + kredit BTN-nya 15 tahun,tapi
tak apalah yang penting keinginan untuk punya rumah bisa terwujud.
Bangga rasanya saat itu karena salah satu kewajiban sebagai tanggung jawab seorang kepala rumah tangga untuk ngasih tempat tinggal yang layak buat anak istri sudah terpenuhi.
Berat memang perjuangan saat itu buat penuhin uang muka dan biaya unak-anik lainnya, maklum penghasilan untuk keperluan sehari-haripun kadang kurang, tapi tekad aku untuk memiliki rumah sendiri harus terlaksana. Putar otak, banting-tulang, dibarengi dengan tekad yang bulat
dan do’a pribadi serta do’anya orang-orang terdekat yang kasian sama aku,
Alhamdulillah terlaksana juga dapetin rumah.
Ini bangunan yang saya pilih dari sekian banyak bangunan sebelum proses akad dengan BTN :
Setelah bangunan rampung dikerjakan sama pemborong, akad kredit pun di kantor BTN dilaksanakan untuk memulai dengan cicilan alias ngutang.
Setelah beres semuanya urusan dengan BTN mulailah bersih-bersih rumah, dan musyawarah dengan istri kelanjutannya mau gimana, akhirnya memutuskan “tidak langsung
ditempati karena kuliah istri dan sekolah anak sedang tanggung waktu dan belum
tepat buat pindah dari tempat mertua indah”.
Oke lah gak
apa biar ada waktu sekalian beres-beres rumahnya dulu, yang bisa dilakukan
sendiri biar saya lakukan agar keliatan enak dan ada dikit perubahan dari
bangunan perum aslinya.
Ada duit
dikit aku beliin bahan buat bikin dapur walau sederhana, maklum perum type
murah belum disediain dapur oleh pengembang, ada duit lagi aku beliin
bahan buat batas dan pagar depan. Karena bahan bangunan makin hari makin naik
dan yang paling pokok duitnya gak cukup aku gantung dulu kerjaan, biarlah
maksain juga malah kocar-kacir.
Kaya gini
bangunan jadinya :
Sambil minum
kopi & rokok di malam hari sendirian dirumah baru, karena istri dan anak
belum pindah. Lamunan pun terus goyang pengen beresin rumah, tapi apalah daya
duitnya gak punya. Mau nyelesein pagar duitnya guede, didiemin juga ngeselin ….Moto
ku saat kepepet pun datang …..
“Apa yang
bisa dilakukan sendiri maka, lakukanlah walau pun pertamakali dilakukan asal
yakin bisa”
Nah mulailah
berfikir gimana untuk merubah tampilan depan rumah yang semrawut acak kadut biar
enak dipandang mata, nyaman saat ngopi ditemenin hisapan sebatang rokok.
Ting…ting….ting….
Dengan modal
nekad dan sedikit uang, maka BOndo NEKat pun datang.
Malam minggu tiba, orang bilang malam panjang… gak peduli kata tetangga baruku mau bilang
apa yang penting aku kerja dirumahku sendiri…..
Sepulang
kerja Aku beli Batu sikat deket kantor tempat ku kerja tambah semen setengah
zak, pasirnya beli dari tetangga yang sudah tidak dipakai, dan peralatan tembok
cap MINJEM dari tukang yang nginep di rumah orang.
Sehabis shalat Isya aku ditemani
pekerja bangunan perum yang nginep digudang pemborong mulai beraksi bikin Taman Minimalis, dengan
bekal bertanya dan memperhatikan tukang saat ngerjain batu sikat ditempat lain serta dibantu tukang aku
pun berjibaku dengan peralatan tembok.
Waktu terus berjalan
rokok dan kopi pun sudah tak terhitung para tetangga sudah terlelap tidur, menjelang subuh suara Tarhim di masjid pun terdengar pertanda aku harus siap-siap untuk istirahat
dulu dan Shalat Subuh.
Belum puas sehabis
shalat subuh aku lanjutkan kerjaan, tapi jam 5.30 pagi gerimis pun turun saat
itu seakan memberitahukan buatku untuk segera beristirahat, bersih-bersih lalu
tidur pulasssssss…..
Menjelang
Dzuhur baru terbangun dan lihat hasil kerjaanku semalam … Kisah Sangkuriang
kali ya…
Aku buka pintu dan hasilnya……
Puas rasanya
lihat kerjaan semalam walau berbekal NEKAT karena keterbatasan du…du…du…it
Saya terus
berkhayal untuk perubahan depan rumah ku tahap awal, mumpung anak-anaku masih kecil bentuk dan
design rumahku saat nanti ingin seperti ini, paribahasa sunda “cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok”
mudah-mudahan bisa terwujud:
Buat temen-temen
yang kaya saya (pas-pasan urusan duit) belum punya rumah dan berhasrat ingin
memilikinya, pesan saya :
- “Bulatkan
tekad dibarengi do’a yang tak pernah puas dan dengan perhitungan yang matang maka
segerakanlah untuk ambil kesempatan secepatnya” ingat harga tanah dan bangunan
makin hari makin mahal.
-
“Kuatkan
godaan baik pribadi maupun keluarga terdekat pada awal-awal kita
memliki rumah tinggal sendiri” karena banyak kejadian orang tinggal di rumah
baru bukannya rukun malah jadi amboeradoel, banyak berdo'a dan berdzikir..
Awalnya aku berfikir itu adalah mitos,
tapi seperti aku yang pas-pasan dalam hal duit dan maksain untuk memliki rumah, akhirnya aku alami sendiri, rasanya rezeki berupa duit susaaaaaah buanget saat-saat ini… entah karena belum terbiasa dengan tambahan beban biaya yaitu cicilan rumah, tapi
Alhamdulilla istriku, anak-anaku dan keluarga masih sabar dan setia (makasih ya buat istri dan anak-anaku)
Berapa biaya yang dihabiskan sampai akad di BTN selesai :
- Boking Fee (Tunai) Rp. 1.000.000,-
- Biaya Proses Bank & Notaris (Tunai) Rp. 4.850.000,-
- Uang muka (Tunai) Rp. 5.000.000,-
- Uang Muka bantuan PT. jamsostek (Non Tunai) Rp. 20.000.000,-
- Biaya lain-lain Rp. + Rp. 1.000.000,-
Terimakasih Atas Kunjungannya ke blog ini, semoga menjadi insfirasi yang bermanfaat